Komunitas pencinta musik reggae Indramayu menggelar sosialisasi
bertajuk ‘Bereggaedukasi’.
Adalah Paguyuban Musisi dan Pencinta Reggae Indramayu (PMPRI) di bawah komando Dwi ‘Soloist’ menggandeng LSM Setia Indonesia, gencar menyuarakan bahaya virus HIV/AIDS di Desa Juntikebon Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu, Minggu (3/2).
Sosialisasi ini menandakan kepedulian anak-anak reggae terhadap
kondisi semakin mirisnya jumlah penderita HIV/AIDS di Indramayu.
“Ini
program positif PMPRI, sekaligus menepis anggapan miring kalo anak-anak reggae kerap dicap sebagai remaja berperilaku negatif.” tutur ketua PMPRI Dwi kepada K2 FM.
Ditambahkan
oleh Dwi, konsep acara ini adalah belajar sambil menikmati musik, dan menikmati
musik sambil belajar. Diartikan bahwa ke-duanya berjalan seiring sehingga saling memiliki nilai manfaat yang besar.
Kegiatan
yang diusung PMPRI direncanakan akan terus berkelanjutan, khususnya menyasar ke
generasi muda di pelosok-pelosok desa.
Bukan hanya dengan LSM Setia Indonesia, dalam sosialisasi yang dihelat
di Balai Desa Desa Juntikebon itu PMPRI juga menggaet Street Art Indramayu dan Ruang
Kosong Foundation.
Kuwu
Juntikebon Muhayan, S.Pd menyambut baik gelaran ‘Bereggaedukasi’ di wilayahnya.
Ia berharap generasi muda sadar akan bahaya
virus HIV/AIDS dan menjadikan daerahnya bersih dari lingkungan pengguna
narkoba.
"Kegiatan ini sangat tepat karena dilakukan oleh anak muda untuk anak muda, dan umumnya masyarakat di sini," ujarnya.
‘Bereggaedukasi’
dihadiri oleh organisasi kepemudaan Karang Taruna Wirabujana, komunitas street punk
Junta, komunitas Sketser Indramayu, komunitas perpustakaan jalanan pohon
literasi, mapala Mapaksinu, mahasiswa kampus putih Kaplongan, musisi/pencinta
reggae serta masyarakat setempat.
Hasby
dari Setia Indonesia menekankan pentingnya memahami bagaimana virus HIV bisa
menular, sekaligus mengajak masyarakat untuk tidak sungkan memeriksakan diri
melakukan test HIV sesuai slogan Saya Berani Saya Sehat.
Sedangkan
Ruang Kosong Foundation melalui pembicara Syahrul menjelaskan langkah-langkah
yang perlu dilakukan masyarakat apabila terjadi musibah/bencana seperti banjir,
kebakaran maupun gempa bumi.
“Perlu
adanya tim siap tanggap bencana di setiap RT/RW yang khusus dilatih untuk
menangani fenomena alam yang kurang bersahabat. Paling tidak digelar kegiatan
simulasi setiap sebulan sekali,” kata Syahrul.
Hadir
pula memberikan sambutan, perwakilan dari Koramil 1609 Kecamatan Juntinyuat H.
Suhendi.
Acara
PMPRI ‘Bereggaedukasi’ mendapat respon positif dari aparat pemerintah desa
setempat dan disambut antusias warga masyarakat. Hal itu tampak dari banyaknya warga yang
bertanya seputar HIV/AIDS serta sejumlah topik yang disampaikan nara sumber.
Menutup
keseluruhan acara, masyarakat disuguhi hiburan gratis berupa penampilan musik reggae live yang mengundang applaus hadirin.
Posting Komentar