Meski sempat menjadi polemik darimana musik tarling
berasal, jenis musik tradisi itar-suling khas
pantura ini akhirnya diakui lahir dari daerah Kepandean Kecamatan/Kabupaten
Indramayu. Pengakuan muncul dari
sejumlah bukti di kalangan seniman yang mengaku pernah belajar pada Sugra, tokoh tarling asal Kepandean.
Almarhum Sugra kala itu mendedikasikan diri serta
membagi ilmu kepada seniman tarling baik Indramayu maupun Cirebon sehingga tarling tetap
hidup dan berkembang hingga sekarang. Pada September 2014, tokoh seni tarling
klasik asal Cirebon Sunarto Marta Atmaja
bahkan berucap bahwa tarling lahir di Indramayu atas jasa Sugra. “Sayalah saksi hidupnya. Sudah dua kali saya bertemu beliau. Jadi singkat saja tarling itu ciptaan Wa
Sugra dari Indramayu,” tegas ‘Kang Ato’.
Atas
jasanya itu, warga Kelurahan Kepandean bersama Pemkab Indramayu mengukuhkan
Sugra sebagai sang ‘Maestro Tarling’. Penghargaan diberikan oleh Mulyana Prawira, SH., Kabid Kebudayaan
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Indramayu kepada salah satu keturunan
keluarga Sugra bernama Kurnadi (49). Ia merupakan cucu sang maestro.
Hadir
pada acara malam pengukuhan di antaranya H.
Syamsudin, S.Pd.I., Lurah Kepandean Kecamatan Indramayu, H. Ahmad Fathoni, anggota Komisi B DPRD
Indramayu, Sihabudin, Ketua Dewan
Kesenian Indramayu, Ramdhan Adhy Kriestanto,
S.Pd, Ketua Panitia, seniman-budayawan dan warga setempat.
Lurah Kepandean sangat mengapresiasi terhadap kesadaran warga untuk menjunjung tinggi nilai tradisi daerahnya. Apalagi dengan adanya pengakuan resmi pemerintah daerah terhadap Sugra, pencetus tarling yang asli pribumi Kepandean. Kelurahan Kepandean yang nota bene berada di lingkungan pusat perkotaan masih dapat melaksanakan kegiatan adat tradisional seperti baritan, do’a bersama kepada para leluhur. “Semoga tradisi yang diturunkan para pendahulu dapat dilaksanakan secara rutin,” kata Syamsudin.
Sihabudin mewakili Dewan Kesenian Indramayu (DKI)
meminta pihak keluarga Sugra agar bersedia memberikan data atau dokumen apapun
tentang Sugra sehingga dapat menjadi rujukan dengan harapan ke depan, desa
Kepandean akan menjadi kampung budaya. “Jika
itu terlaksana maka akan membangun pertumbuhan ekonomi kreatif selain karena di
daerah inipun dikenal sebagai sentra usaha kerajinan kemasan. Harapan lebih luas lagi segera dibangun
menjadi museum budaya untuk kunjungan dan penelitian terkait seni dan budaya,”
terang Sihabudin Lebe.
Berbicara
so’al pelestarian tarling, Fathoni menyambut baik rencana warga membuat sebuah
sanggar tarling di Kelurahan Kepandean.
Pihaknya tentu akan membantu agar generasi muda lebih mengenal kesenian
tarling.
Acara pengukuhan
Sugra ‘Sang Maestro Tarling’ ditutup dengan pagelaran tarling klasik berupa
bodoran oleh wa Gotrok dan kawan-kawan, penampilan hadroh anak-anak DKM Masjid ‘Al-Mujahidin’
serta baritan yang melibatkan ibu-ibu warga Kepandean. (Jeffry)
Jelang acara baritan di kantor Kelurahan Kepandean. (Photo : Dok K2 FM)
Posting Komentar