INDRAMAYU – K2 FM – Kamis,18/9-2014, 00:38 WIB
Tokoh seni Tarling Klasik asal Cirebon Sunarto Marta Atmaja (70), tegas menyatakan
bahwa kesenian tarling berasal dari Indramayu.
Pernyataan itu dilontarkan Sunarto alias ‘Kang Ato’, kesenian tarling
itu benar adanya, asli berasal dan diciptakan di Indramayu oleh Ki Sugra (alm) dari Kepandean Indramayu
tahun 1930.
Sunarto adalah satu dari 3 pembicara yang
mengapresiasi keberadaan seorang tokoh tarling Ki Sugra pada acara Saresehan
Budaya : Apresiasi Seni Tarling Klasik “Mengenang
Sugra” di Panti Budaya, Senin (15/9) malam.
“Sayalah saksi hidupnya. Sudah dua kali saya bertemu Wa Sugra. Jadi singkat saja tarling itu ciptaan Wa
Sugra dari Indramayu,” ujar Sunarto berulang-ulang setelah memaparkan sejarah kedekatannya
dengan almarhum.
Konon Sunarto sendiri disebut-sebut generasi
penerus setelah Ki Sugra dan menjadi bagian dalam sejarah seni tarling yang
lekat dengan kehidupan masyarakat pesisir Indramayu dan Cirebon.
Malam itu ‘Kang Ato’ didaulat menyanyikan lagu Melati Segagang berduet bersama Mimi
Dadang Darniah.
“Lagu ini saya ciptakan
antara tahun ’66 – ’67,” tuturnya dalam bahasa daerah.
Pada saresehan itu digelar drama musikal tarling
klasik mengangkat kisah Saedah – Saenih yang cukup melegenda oleh kelompok
tarling Kijang Kencana pimpinan Haris
Kusnandar dan penanggung-jawab Ciptadi,
SH (Kepala radio Kijang Kencana-K2 FM).
Kisah klasik Saedah – Saenih berjudul Balai Kambang Kali Sewo dimainkan oleh para pelaku, Wa Kumed, Aas Asmari, Hj. Dadang Darniah,
Titin Anitha, Inah Kadminah dan Wa
Betat, membuat kenangan lama kembali terkuak, meski konten cerita tak sampai
menguras air mata penonton.
Beberapa pengamat seni yang hadir sedikit
menyayangkan pelaksanaan saresehan.
Bahkan Kepala Disporabudpar Indramayu Drs. Umar Budi Karyadi harus pindah ke barisan tempat duduk paling
belakang, demi untuk dapat mendengarkan dialog Saedah (diperankan Aas Asmari) yang
terdengar kurang jelas.
Terlepas
dari semua itu, apresiasi tentang Ki Sugra disambut luar biasa oleh penonton.
Nuansa panggung ditata apik bergaya tahun ’70-an, dirasakan cukup menggungah kerinduan akan seni yang kini mengalami modernisasi, komersialisasi dan
sudah masuk ke ranah industrialisasi itu.
Dua pembicara lain, Supali Kasim, M.Pd dan Nurochman Sudibyo, YS
Pertanyaan besar agaknya masih perlu
ditindak-lanjuti, di antaranya mengupayakan Hari Tarling Se-Dunia seperti
harapan Nurochman Sudibyo. Atau membuat
nada-nada tarling ke dalam notasi angka atau notasi balok seperti harapan Ketua
DKI Adung Abdulgani.
Acara dihadiri seniman, budayawan, birokrat, pemerhati seni diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Indramayu/DKI. (Jeffry)
Acara dihadiri seniman, budayawan, birokrat, pemerhati seni diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Indramayu/DKI. (Jeffry)
Posting Komentar