INDRAMAYU – K2 FM – Minggu,11/8-2013,
09:09 WIB
Momen lebaran tahun ini tak disia-siakan oleh
umat muslim untuk saling bersilaturahmi.
Enam orang alumni SMA Negeri Indramayu angkatan ’81, mengunjungi salah
seorang guru Dra. Hj. Sulastri, Dj.,
M.Pd., Sabtu (10/8). Kedatangan para
alumnus disambut baik oleh Hj. Sulastri di kediamannya, jalan Sudirman
Indramayu untuk bertemu kangen.
Hj. Sulastri mengajar bahasa Inggris di SMAN
Indramayu (sekarang SMAN 1 Sindang) pada akhir ’70 sampai dekade ’80-an,
dan menjadi sosok pengajar yang paling akrab dengan ke-enam siswanya ini. Selepas menjadi guru, beliau pernah menjabat
kepala sekolah di SMAN Kertasemaya, SMAN Lohbener, SMAN 1
Indramayu, SMAN 1 Sindang dan SMAN 1 Haurgeulis. Kini, di
masa MPP (masa persiapan pensiun), ia masih aktif di Unwir dan
pengajar bahasa Inggris di SMKN 1 Indramayu. Guru yang murah senyum ini sudah mengambil
ancang-ancang menikmati masa pensiunnya di Temanggung Jawa Tengah, kampung halaman
suaminya.
Hj. Sulastri membuka kursus rumahan bahasa Inggris di tahun 1980. Delapan siswa yang tercatat menjadi muridnya
waktu itu : Mohamad Hery Saripudin,
Wahidin, Abdul Hanan, Suripto, Fadhilatul Aman, Dedi Apriadi, Mamat Tabrani dan Sugiarto Dian Saputra yang kesemuanya
warga IPS 1 SMAN Indramayu. “Kita
kesulitan menggunakan tempat kursus sehingga waktu itu pindah-pindah terus,”
kenang bu Lastri. Karena masih
mengontrak di salah satu rumah warga, maka tak mungkin menyelenggarakan kursus di
tempatnya. Biaya kursus dikenakan Rp. 2.500 per-siswa tiap bulan.
Lantaran
ditempa oleh ilmu yang ia ajarkan, tak heran para siswa ini terbilang menonjol
dalam pelajaran bahasa Inggris di sekolah. Hasil didikan Hj. Sulastri kini diaplikasikan
oleh salah satu murid, Mohamad Hery Saripudin.
Hery saat ini menjabat Director for Centre of Policy Analysis and Development on Asia-Pacific and African Affairs (Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan
Kebijakan Asia Pasifik dan Afrika) Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI. Jasa bu Lastri ia rasakan sekarang.
Kepada bu Lastri, Hery mengungkapkan perjalanan hidup berkeliling dunia, dari negara besar sampai negara terkecil seperti Saint Kitts dan Nevis, New Caledonia dan sebagainya. “Sejak di Kemenlu alhamdulilah sudah 87 negara dikunjungi,” kata Hery yang menyempatkan pulang dari New York untuk berlebaran di tanah air. "Anakku yang pertama malah lahir di Vancouver Kanada," katanya. Ia sempat memperlihatkan photo bersama Menlu RI Marty Natalegawa, photo di Museum Bob Marley di Kingston Jamaica serta 'Strawberry Fields Memorial' di Central Park West NYC lokasi ditembaknya John Lennon oleh Mark Chapman tahun 1980.
Kepada bu Lastri, Hery mengungkapkan perjalanan hidup berkeliling dunia, dari negara besar sampai negara terkecil seperti Saint Kitts dan Nevis, New Caledonia dan sebagainya. “Sejak di Kemenlu alhamdulilah sudah 87 negara dikunjungi,” kata Hery yang menyempatkan pulang dari New York untuk berlebaran di tanah air. "Anakku yang pertama malah lahir di Vancouver Kanada," katanya. Ia sempat memperlihatkan photo bersama Menlu RI Marty Natalegawa, photo di Museum Bob Marley di Kingston Jamaica serta 'Strawberry Fields Memorial' di Central Park West NYC lokasi ditembaknya John Lennon oleh Mark Chapman tahun 1980.
Menurut
Hj. Sulastri, tanda-tanda kelebihan Heri dalam pelajaran Bahasa Inggris sudah terlihat
sejak menjadi murid kursus. “Saya masih
ingat ia pernah digendong oleh orang Australia yang mengunjungi tempat kursus dan berphoto ria. Hery yang berperawakan paling kecil digendong Suzie Hugh si native speaker, ”
ungkap bu Lastri mengingat momen 33 tahun silam. Kelompok ini merupakan murid kursus angkatan pertama sejak beliau hijrah menjadi pengajar di Indramayu tahun 1977 dari Malang Jatim.
Saat
ditanya apakah ia akan hadir pada Reuni Akbar 50 Angkatan SMAN Indramayu pada Minggu 11 Agustus 2013, ia mengaku tak diundang. "Koq kayaknya 50 angkatan terlalu lebar gitu lho," komentarnya. (Jeffry)
Posting Komentar