INDRAMAYU – K2 FM –
Sabtu,1/6-2013, 12:28 WIB
Galau ternyata tak hanya dikenal dan melanda
kaum muda. Kondisi ini dialami berbagai
kalangan masyarakat dunia. “Kini galau
bukan lagi ringan, tapi galau berat,” kata ustadz Amani Luthfi, S.Ag ketika berceramah di depan PNS, Kamis (30/5). Selain wabah penyakit, juga menurutnya akibat
kondisi alam.
Ia mencontohkan, di belahan dunia sana ada peningkatan kadar penyakit flu burung H5N1,
bahkan kini ditemukan wabah baru virus H7N9. Belum lagi kasus virus Corona yang menyerang
sistem pernafasan dan menyebabkan penderita mengalami batuk berat, demam dan
kesulitan bernafas.
Kegalauanpun terjadi pada kondisi cuaca alam
yang ekstrim. Hujan sulit diprediksi
sehingga kadangkala berubah menjadi bencana.
Di satu sisi hujan mendatangkan berkah, namun di sisi lain hujan
bukan lagi rahmat melainkan sinyalemen bahwa Allah sedang mengingatkan kita
dengan murkaNya. “Adalah tidak bijak
jika kita hanya saling menyalahkan dalam menghadapi murka Allah,”
ungkapnya. Yang penting menurutnya,
dituntut di mana posisi dan peran kita.
Apa yang dapat kita sumbangkan dalam menyikapi murka Allah.
Maka tersebutlah dalam Hadits Qudsi sesungguhnya rahmatKu mengalahkan murkaKu”. Dalam hal ini murka-Nya
sangat bergantung kepada asal mula sesuatu tersebut. Bahwa asal mula rahmat itu
lebih dahulu daripada asal mula murka. Soalnya rahmat adalah sifat asal yang
dimiliki oleh Allah yang Maha Suci. Sedangkan murka adalah sifat Allah yang
muncul karena adanya perbuatan hamba. Oleh karena itu jelas sangat wajar kalau
rahmat Allah mengalahkan atau mendahuluinya murkaNya.
Ketika
kegalauan terjadi dalam segala aspek kehidupan, ada dua cara mendapat rahmat
Allah, tambah Luthfi. Dengan membiasakan
diri untuk tidak lepas dari Qur’an, sebab Qur’an adalah ‘jalur pembuka’ rahmat
antara manusia dengan sang Khalik.
Ke-dua dengan memohon ampunan Allah.
“Bila kita merasa diri kita paling benar, paling berjasa maka akan memperlambat turunnya rahmat
Allah,” jelas pengasuh ponpes Yapiim Dukuh ini.
(Jeffry)
Posting Komentar