INDRAMAYU – K2 FM – Kamis,6/11-2014,
14:00 WIB
Aktor,
sutradara film dan pesinetron Torro Margens menyarankan agar seni Sandiwara
yang sudah menjadi bagian budaya Indramayu, mengurangi penggunaan bahasa daerah. Alasannya, supaya jenis kesenian ini
tidak terkungkung serta dibatasi perkembangannya karena so’al bahasa yang
kurang me-nasional.
Tanpa mengurangi nilai-nilai luhur
seni-budaya Indramayu, sebaiknya pada tiap pementasan, grup-grup Sandiwara menggunakan
bahasa Indonesia, agar lebih dimengerti dan dikenal masyarakat di luar daerah,
usul Torro.
“Saya
sendiri berasal dari Pemalang tapi kurang mengerti bahasa jawa Indramayu. Ini hanya sumbangsih pemikiran saya, jika
ingin berkembang haruslah menggunakan bahasa nasional seperti yang dilakukan
Srimulat,” kata pria pemeran Drs. Suroso Kimpling dalam sinetron “Tukang Bubur
Naik Haji” ini.
"Jika selama ini Sandiwara hidup seperti katak dalam tempurung, harus ada inovasi keluar dari sarangnya. Ke depan bila harga tanggapan 10 juta sekali pentas, akan naik 2 - 3 kali lipat ketika ditanggap di luar daerah," jelasnya.
"Jika selama ini Sandiwara hidup seperti katak dalam tempurung, harus ada inovasi keluar dari sarangnya. Ke depan bila harga tanggapan 10 juta sekali pentas, akan naik 2 - 3 kali lipat ketika ditanggap di luar daerah," jelasnya.
Pria
65 tahun yang masih eksis di dunia sinetron dengan peran antagonisnya ini,
memang dianggap seorang tokoh seni peran berkarakter kuat. Predikat antagonis masih melekat dalam diri
Torro. Perannya dalam TBNH yang
ditayangkan RCTI sebagai ayah Laksmi tampak menonjol. Ia juga pernah bermain sinetron berjudul
Rahasia Ilahi di MNCTV, bahkan mampu membawakan acara-acara serius misalnya “Uka-Uka”.
Torro
Margens menjadi pembicara pada workshop Seni Peran dan Trik Film yang
diselengarakan oleh Indramayu Production
House dan Dewan Kesenian Indramayu, Kamis (6/11). Peserta diikuti ratusan
pelajar SMP/SMA/SMK dan mahasiswa yang diisi tanya jawab seputar seni peran atau akting.
Menyinggung
so’al peran antagonis ia mengaku itu sebagai tuntutan naskah yang diingini
sutradara dan produser. “Lebih baik
berperan antagonis di film atau sinetron, yang penting tidak dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari,” ujar Torro Margen didampingi komedian Derry Sudarisman (Derry ‘4 Sekawan’) yang
juga bertindak selaku pembicara workshop. (Jeffry)
Pelajar peserta workshop seni peran bersama Torro Margens dan Derry. (Photo : Lubnah M)
Posting Komentar