INDRAMAYU – K2 FM – Jum’at,20/12-2013,
13:22 WIB
Pondok Pesantren “Bayt Tamyiz” yang
berkedudukan di Desa Sukaperna Kecamatan Tukdana Kabupaten Indramayu,
mengundang almamater atau santri-santri yang pernah belajar di ponpes itu, untuk
hadir pada ulang tahun ke-empat Ponpes “Bayt Tamyiz” pada hari Jum’at 10 Januari
2014.
“Menjelang ulang tahun ponpes yang ke-empat
ini, kami mengundang seluruh almamater di manapun untuk menghadiri sekaligus
temu kangen di kampus Bayt Tamyiz,” ujar kepala Ponpes Saeful Mustajab, S.Pd.I. Pihaknya saat ini tengah menyiapkan acara peringatan termasuk mengundang
K2 FM yang selama ini bermitra pada program siaran langsung belajar Tamyiz
lewat radio.
Kemitraan Ponpes “Bayt Tamyiz” dengan radio
K2 FM sudah berjalan selama setahun.
Program on air itu dinilai
sebagai salah satu upaya memasyarakatkan cara baca dan tarjamah Qur’an metode Tamyiz. “Alhamdulillah selama setahun ini hasil kegiatan
Tamyiz Radio di radio K2 FM bisa dirasakan manfaatnya oleh pendengar,” ujar
ustadz Saeful usai siaran di studio pada Jum’at (20/12).
Saat berbincang bersama Kepala UPTD-RSPD
Kijang Kencana FM Ciptadi, SH,
ustadz berkaca mata itu menanyakan kelangsungan siaran Tamyiz Radio tiap Jum’at
pagi. “Acara ini bagus karena sesuai
dengan visi Indramayu Remaja, maka tak ada alasan menghentikan program religius
ini,” jelas Ciptadi. Artinya bahwa acara itu tetap ada di tahun 2014 mendatang.
Saeful mengisi acara Tamyiz Radio bersama
ustadz/ustadzah Ikatan Santri Tamyiz Indramayu (ISTAIN) secara rutin di K2 FM. Setiap Jum’at pagi, ibu Inayah, Fauziah, Nur,
Umi, Erni, Opik dan Hamim dari ISTAIN mengajarkan cara menterjemah Qur’an dengan metode sederhana
dan menyenangkan. Hal itu karena dalam metode
Tamyiz para santri dan anak-anak usia TK/RA/SD/MI hingga SMP/MTs dengan mudah dan cepat dapat
menterjemah Qur’an. Bahkan anak-anak
se-usia itu boleh dikatakan sudah dapat mengajarkan kembali ke orang lain.
Menurut data Ponpes,
para almamater diundang dari Jakarta, Jawa Tengah, Gorontalo dan Indramayu
sendiri. Peringatan berlangsung dari pagi sampai siang hari di lokasi ‘boarding
school’ Bayt Tamyiz. Jumlah santri
sekarang mencapai 300 murid SD dan SMP, namun yang mondok di pesantren hanya
110 orang. Sedangkan tenaga pengajar ada
13 orang. Cara belajar Tamyiz di ponpes mempunyai ciri khusus yang disebut
Laduni atau ilate kudu muni. Santri
harus mengeraskan suaranya, salah satu cara meng-optimalkan otak kiri, otak
kanan dan otak bawah sadar (shudur) secara seimbang, sehingga hasil belajar
akan optimal. (Jeffry)
Posting Komentar