Rencana pemerintah
menaikan harga BBM selalu menuai kotroversi.
Kali ini, Front Mahasiswa Pembela Rakyat (FMPR) Indramayu dengan tegas
menolak kenaikan harga BBM. Pernyataan
ini disuarakan FMPR dengan melakukan orasi di bundaran Kijang Indramayu, Rabu
(8/5). Sambil berorasi, puluhan
mahasiswa membawa bendera dan spanduk berisi penolakan kenaikan harga BBM.
Meski tidak sampai
mengganggu arus lalu-lintas, aksi ini menarik perhatian sejumlah pengendara. Bahkan membuat pengendara berbalik arah karena
mengira sedang ada razia kendaraan bermotor.
Aksi FMPR di bundaran Kijang berlangsung tertib, dijaga aparat Polres
Indramayu.
Pemerintah sebelumnya sudah
menyampaikan kemungkinan kenaikan harga BBM bersubsidi. Yang saat ini Rp 4.500
per liter akan naik menjadi antara Rp 5.500 per liter hingga Rp 6.500 per
liter. Namun bagi FMPR, kebijakan ini
dapat mencekik, merampas dan menindas rakyat oleh penguasa negeri. “Dengan dalih untuk kesejahteraan rakyat,
kebijakan sang penguasa hanya untuk kepentingan diri dan golongannya,’’ semikian isi selebaran itu berbunyi.
FMPR menyerukan bahwa banyak cara yang
lebih ‘manusiawi’ dalam mensejahterakan rakyat, namun tidak harus dengan cara
menaikan harga BBM. Dalam orasinya, FMPR sedikit menggugat tentang BBM bersubsidi yang katanya hanya untuk
rakyat kecil. “Tapi buktinya, masih banyak mafia-mafia BBM bersubsidi
berkeliaran di mana-mana. Bahkan ikut
mengantri untuk mendapatkan BBM yang seharusnya hanya untuk rakyat kecil,”.
Terkait
kenaikan harga BBM, hari ini di Jakarta, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
memimpin sidang kabinet membahas implementasi kebijakan kenaikan BBM bersubsidi
dalam APBN-P 2013 melalui Sidang Kabinet Paripurna. Paket kebijakan kenaikan
BBM bersubsidi yang disiapkan pemerintah harus melalui pembahasan APBN-P karena
meliputi pemberian kompensasi bagi golongan tidak mampu. Kompensasi yang direncanakan dalam bentuk bantuan
tunai langsung belum tercantum dalam APBN 2013 hingga harus dianggarkan dalam
APBN-P 2013. (Jeffry)
Posting Komentar