INDRAMAYU – K2 FM –
27/5-2013, 15:12 WIB
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas
Wiralodra Indramayu mengadakan dialog bertema Resolusi Masalah Kekerasan Berbalut Agama Di Indonesia pada Senin
(27/5) di Aula Nyi Endang Darma Ayu Unwir Indramayu. Tiga pembicara ditunjuk sebagai nara sumber :
Prof. Ahmad Tafsir, Guru Besar UIN
Bandung, Marzuki Wahid Direktur Fahmina
Institute Cirebon dan Romli Yudarsana,
M.Pd.I, Humas DPD II Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Indramayu. Acara dibuka Pembantu Rektor II Unwir Indramayu
Nurjanah, S.E, M.E. mewakili Rektor, dihadiri Purek III Murip Yahya,
M.Pd, Ketua Presidium BEM Unwir Wartono, perwakilan Polres, Kodim, tokoh agama dan
mahasiswa.
Dialog
ini didasarkan pada kondisi maraknya aksi kekerasan yang terjadi di Indonesia berkedok agama,
dan Muslim kerap dituding sebagai pelaku maupun aksi di belakang layar. Tindakan atau perilaku kekerasanpun memunculkan banyak istilah dalam dunia kriminalitas. Marzuki Wahid membagi ke dalam empat unsur kekerasan di antaranya pisik, psikis, ekonomi dan seksual. Namun secara tegas ia tak membenarkan tindakan kekerasan oleh
umat Islam kepada siapapun dengan alasan apapun. Apalagi korbannya justru orang
Islam sendiri. “Tidak benar, Islam
identik dengan kekerasan, namun tidak bisa dibantah ada sekelompok umat Islam
yang masih menggunakan kekerasan dalam mencapai tujuan,” kata Dosen IAIN Syekh Nurjati Cirebon ini.
Sementara Prof. Ahmad Tafsir mengaku tak
mudah menjawab apa definisi dan motif pelaku teroris ketika ditanya oleh
mahasiswa. “Jawabannya ada pada intel,
jadi kekerasan yang mengatas-namakan agama tidak usah didefinisikan,” ujar profesor. Studi tentang masalah ini telah
banyak dilakukan, dari hal serius hingga menjadi sebuah disertasipun ada. Kesimpulan dari dialog ini di mana-mana sama
saja, kata Ahmad Tafsir.
Namun
pada akhirnya Tafsir mengemukakan teori bahwa menurutnya penyebab kekerasan ada
tiga. Pertama teroris berkorelasi dengan
tingkat pendidikan, ke-dua berkaitan dengan tingkat kemakmuran penduduk. “Orang
yang melarat bisa diajak berbuat apa saja,” tambahnya. Ke-tiga sangat erat dengan rasa ketidak-adilan.
Nama Romli Yudarsana bagi
pendengar K2 FM sudah tak asing lantaran sering mengisi ceramah di 911 FM. Pemaparan yang disampaikan di satu sisi sangat
sependapat dengan pembicara lain, namun kadang pula berbeda perspektif. Di ujung acara, panitia BEM Unwir memberikan cindera mata kepada ke-tiga orang pembicara. (Jeffry)
Prof. Ahmad Tafsir usai acara dialog di Unwir, Senin (27/5). (Photo : Jeffry/Dok K2 FM)
Posting Komentar