INDRAMAYU - K2FM , Sabtu, 8/9-2012,10:30
Sebagai sekolah berlabel RSBI, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Indramayu atau kerap disebut SMK 'Gatsoe', menganjurkan siswa memilih industri bonafide sebagai tempat praktek kerja industri. Prakerin adalah tugas sekolah yang wajib dilakukan tiap SMK. Jika siswa tak memenuhi kewajiban ini, dipastikan tak lulus ujian akhir. Demikian dikatakan Kepsek SMK N 1 Indramayu Drs. Jenjen Jaeni Dahlan, M.M.Pd pada acara “Sosialisasi Praktek Kerja Industri 2012-2013” di aula sekolah, Jum’at (7/9) yang dihadiri seluruh orang-tua murid kelas XI. Ia meminta orang-tua murid agar selektif memilih tempat industri yang layak dan berkualitas, sehingga bekal keterampilan kelak akan berguna bila bekerja, melanjutkan sekolah atau wirausaha.
SMK N 1 Indramayu akan melakukan program prakerin mulai Oktober 2012 hingga September 2013 untuk siswa kelas XI berbagai Kompetensi Keahlian. Program ini dibagi empat periode. Tiap periode berlangsung tiga bulan atau lebih masa praktek. Adapun pemilihan tempat praktek, diserahkan ke siswa atau orang-tua. “Jika dalam batas waktu yang ditetapkan siswa masih bingung, maka sekolah akan menentukan tempat praktek sesuai kompetisi keahlian”, kata Jenjen yang baru menjabat Kepsek sejak Juli 2011 lalu. Ia tak ingin siswanya hanya dijadikan pesuruh atau tukang sapu di tempat industri. Di sisi lain, ia menyarankan siswa untuk disiplin dan taat pada aturan di tempat praktek, misalnya berpakaian, tingkah laku dan beradaptasi pada lingkungan kerja, baik di industri/usaha maupun instansi pemerintah.
“Jika telah terjalin hubungan baik, maka sebagai rasa terima-kasih kepada pihak industri akan diberikan semacam cindera mata. Namun sebaliknya, bila terjadi permasalahan, sekolah akan memindahkan siswa ke tempat lain. Bahkan tidak menutup kemungkinan akan menuntut pihak industri jika kedapatan memperlakukan tak baik siswa misalnya tindakan pelecehan,” tegas Jenjen.
Salah seorang orang-tua murid menanyakan perihal mengapa sekolah tidak menempatkan siswa prakerin di luar negeri (Malaysia). Jenjen beralasan ia khawatir akan bernasib seperti TKI yang sering tertipu. Siswa biasanya disamakan dengan tenaga kerja dengan hak dan kewajiban yang mesti dituruti, padahal siswa sebetulnya sedang magang. Kalaupun harus ke sana harus punya keahlian, kata Jenjen. (Jeffry)
Posting Komentar