Berkat pembinaan selama di lembaga pemasyarakatan, ide imajinatif
narapidana dapat tersalurkan sehingga menghasilkan sebuah karya artistik.
Lantaran memiliki nilai artistik, tak jarang produk tangan terampil para napi menghasilkan karya indah bernilai jual tinggi. Bahkan kerajinan tangan hasil karya napi
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II B Indramayu berhasil terpilih ke lomba tingkat
Lapas se-Jawa Barat di Sukamiskin Bandung.
Hal itu menunjukkan sistem program pembinaan oleh Lapas
Indramayu melalui wadah Karpina (Karya Narapidana) dapat menciptakan
kemandirian bagi warga binaannya.
Pengelola Hasil Kerja pada Sub Seksi Kegiatan Kerja Lapas
Kelas II B Indramayu Rusli Mawardi
mengatakan, 2 karya yang lolos ke lomba tingkat propinsi adalah kerajinan robot
terbuat dari korek api gas dan perahu berbahan kertas koran.
“Karya tersebut sudah berada di Bandung untuk dinilai
juri. Hasilnya akan diumumkan pada
tanggal 17 Agustus 2019,” kata Rusli.
Dijelaskannya, hasil karya itu terpilih berdasarkan penilaian tim juri lokal.
Rusli mengatakan, Karpina adalah ruang kreatif di mana
narapidana Lapas Indramayu dapat menumpahkan ide dan kreativitas tanpa
terhambat sekat teralis. Maka tidak heran pihaknya memasang slogan Dari Sudut Sempit Kami Bangkit.
Semua produk maupun kreasi yang dihasilkan Karpina,
diproduksi dan dikerjakan langsung oleh napi di bawah pengawasan Pembinaan
Kemandirian yang tak terpisahkan dari sistem program pembinaan pada lembaga
pemasyarakatan.
Jenis produk yang dihasilkan di antaranya pembuatan topeng,
sandal, bubu (jerat kepiting), lukisan, lampu hias, miniatur perahu/sepeda/becak
dan lain-lain.
Semua produk hasil karya napi saat ini dipamerkan di gerbang pintu masuk gedung Lapas, jalan Gatot Subroto Indramayu, berakhir sampai hari Sabtu tanggal 17 Agustus 2019.
"Satu di antaranya ada perahu kertas, perahu duplikat yang aslinya dikirim ke lomba propinsi. Perahu dibuat dengan rangkaian lilitan koran bekas,” jelas Rusli.
"Satu di antaranya ada perahu kertas, perahu duplikat yang aslinya dikirim ke lomba propinsi. Perahu dibuat dengan rangkaian lilitan koran bekas,” jelas Rusli.
Pengenalan produk terus dilakukan melalui keikutsertaan
dalam pameran-pameran, lewat medsos maupun website Lembaga Pemasyarakatan Kelas
II B Indramayu. Diakuinya, produk
kerajinan tangan warga binaan kebanyakan dibuat oleh napi laki-laki.
“Dulu pernah ada produk dari napi wanita berupa pembuatan tas, tapi sekarang bukan produk barang melainkan lebih ke jasa seperti pencucian baju,” katanya. (Jeffry)
Posting Komentar