INDRAMAYU – K2 FM – Senin,26/9-2016,
22:28 WIB
Dua orang seniman tarling dinobatkan oleh Dewan Kesenian Indramayu (DKI)
sebagai insan yang mengabdikan sepenuhnya terhadap kesenian tarling dari masa
ke masa. Dalam acara malam penutupan Pasar Seni Dewan Kesenian Indramayu
2016 tadi malam, Anugrah Insan Seni diberikan kepada Sunarto Martaatmaja
atas totalitas berkesenian tarling, dan Hj. Dadang Darniah berkat
dedikasinya dalam berkesenian tarling.
Figur kang Ato dan mimi Dadang di usia senjanya, telah menjadi bagian dalam perjalanan sejarah tarling. Tim penyelia terdiri dari budayawan Supali Kasim, praktisi radio Yogi S. Santoso dan unsur pemerintah/seniman Agustinus S. menetapkan ke-duanya layak menerima penghargaan berdasarkan sejumlah pertimbangan.
Meski bukan pelopor lahirnya musik tarling, kang Ato dan mimi Dadang dinilai berjasa menghidupkan dan meneruskan tarling kepada generasi penerus. Karya agung berupa drama tarling Kang Ato Ayame Ilang tetap diingat oleh masyarakat pesisir Indramayu-Cirebon. Cerita rakyat percintaan klasik ini tak pernah tergerus jaman.
Figur kang Ato dan mimi Dadang di usia senjanya, telah menjadi bagian dalam perjalanan sejarah tarling. Tim penyelia terdiri dari budayawan Supali Kasim, praktisi radio Yogi S. Santoso dan unsur pemerintah/seniman Agustinus S. menetapkan ke-duanya layak menerima penghargaan berdasarkan sejumlah pertimbangan.
Meski bukan pelopor lahirnya musik tarling, kang Ato dan mimi Dadang dinilai berjasa menghidupkan dan meneruskan tarling kepada generasi penerus. Karya agung berupa drama tarling Kang Ato Ayame Ilang tetap diingat oleh masyarakat pesisir Indramayu-Cirebon. Cerita rakyat percintaan klasik ini tak pernah tergerus jaman.
Sunarto Martaatmaja atau kang Ato mengingatkan, musik tarling pertama dipopulerkan oleh Talam, warga Kepandean Indramayu pada 1931. Kemudian dikembangkan oleh Sugra anaknya, dan meluas hingga Cirebon. "Saya mulai tertarik mendalami tarling selepas lulus Sekolah Teknik Negeri (STN) Cirebon tahun 1965,"katanya. Media elektronik satu-satunya yang berjasa mengangkat nama kang Ato sebagai dalang tarling adalah RRI Cirebon.
Berbeda dengan kang Ato, Hj. Dadang Darniah atau mimi Dadang mengaku hanya sempat mengenyam pendidikan kelas 2 Sekolah Rakyat (SR). Dalam lamunannya, ia berkeinginan menjadi seorang pesinden setelah sering menyaksikan sandiwara. Terlebih, pesinden kerap mendapat saweran dari penonton. Tahun 1967, mimi Dadang bertemu kang Ato untuk meneruskan karir bersama.
“Beda dengan pesinden sekarang, setelah nyinden langsung dapat uang. Dulu
tidak begitu,” kenangnya mengingat masa itu. Sementara kang Ato berpesan
kepada seniman tarling agar memprioritaskan karyanya dulu sebelum berpikir
materi. (Jeffry)
Posting Komentar