Berbeda dengan anak-anak SMP era ’80 bahkan ’90-an,
siswa sekolah lanjutan pertama di era sekarang ternyata telah mampu menciptakan
lagu sendiri. Dibandingkan dengan
pelajar sekarang, pelajar di era tersebut belum terpikirkan bagaimana membuat
komposisi nada-nada diatonis, baik mencipta lagu sekedar hobi maupun untuk
kompetisi.
Namun kini jaman berubah. Pelajar SMP, khususnya di Indramayu berpotensi besar bisa menciptakan lagu sendiri. Ciptaan mereka dituangkan dalam sair dilengkapi notasi menggunakan not balok.
Namun kini jaman berubah. Pelajar SMP, khususnya di Indramayu berpotensi besar bisa menciptakan lagu sendiri. Ciptaan mereka dituangkan dalam sair dilengkapi notasi menggunakan not balok.
Paling tidak fenomena itu terlihat pada lomba
cipta lagu melalui kegiatan Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) Tingkat
Indramayu 2016. Meski jumlah peserta lomba
cipta lagu yang digelar Disdik ini tidak banyak, namun melihat prospek siswa Indramayu ke depan dalam menggali bakat
seni musik memiliki harapan cerah.
Apalagi talenta mereka dimulai sejak usia belia.
Seorang peserta, Gallan Nevadugna Aradea asal SMP Negeri 2 Sindang bisa disebut
sebagai contoh. Peserta berkaca mata
dengan nomor peserta 15 ini tampak paling siap dan yakin menjadi juara pada
ajang FLS2N yang digelar di aula Dinas Pendidikan Indramayu, Kamis (14/4)
lalu. Menampilkan lagu karya sendiri,
iapun membawakan ciptaannya di depan dewan juri.
Kepada K2 FM, Gallan mengaku dirinya aktif
bermain untuk band sekolah. Tak
dipungkiri karena konon ayahnya, Sunanto
adalah musisi dan guru kesenian di salah satu SMA. Dan hasilnya, karya Gallan oleh juri diganjar
nilai total paling tinggi. Kelebihan
lain saat membawakan ciptaannya, Gallan memainkan keyboard yang sengaja ia
bawa.
Peserta lain, Kuswiyanto (SMPN 1 Kedokanbunder) tak mau kalah dengan ‘anak kota’. Kendati berasal dari kecamatan, bakat
Kuswiyanto untuk so’al mencipta lagu sekaligus menampilkannya cukup bagus. Karyanya ia beri judul Mereka Yang Mencintai Bangsa. Kemudian
ada Nida Ul Fitriyah (SMPN 1
Haurgeulis) yang juga pandai memainkan keyboard saat perform. Nida mengusung lagu
ciptaannya berjudul Indonesia Bisa. Dan (lagi-lagi) siswa asal kecamatan punya
bakat lebih untuk menjadi komposer. Ia
adalah Ayuni dari SMP Satu Atap 1
Gabuswetan.
Salah satu juri, Dra. Hj. Siti Ratnawati, MM berpesan agar anak-anak ini perlu
mendapat pendampingan jika ingin terus menekuni bakat seni mereka dalam proses
cipta lagu. Sedangkan juri lain, Sri Maulinda N, S.Pd berharap supaya pemenang
lebih matang lagi menyiapkan diri ke tingkat propinsi. “Karena persaingan di sana lebih ketat, bahkan
peserta dituntut bisa mengiringi dengan alat musik sendiri,” ujar guru kesenian
SMA PGRI 1 Sindang ini.
Juri lain menilai bahwa pada ajang lomba
cipta lagu, janganlah dilihat dari seberapa banyak jumlah pesertanya. Menurutnya, jika memang ciptaan mereka murni
hasil karya sendiri, maka sewajibnya diberikan apesiasi sebagai salah satu hak
kekayaan intelektual nasional. Apalagi muncul dari seorang siswa yang baru duduk
di SMP. “Kalau untuk mendaftarkan
ciptaan mereka ke Kemenkumham melalui Dirjen HAKI kayaknya terlalu jauh, tapi minimal lewat even FSL2N ini
menunjukkan pelajar Indramayu berani dan mampu berbuat untuk seni,” tutur juri usai lomba.
K2 FM telah mengantongi
nama-nama pemenang lomba cipta lagu tersebut, sayang panitia belum membolehkan menginformasikan
ke peserta. (Jeffry)
Posting Komentar