Kerjasama Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang diberi nama Super Motivasi alias SUMO benar-benar terasa hasilnya. Jika dulu alumni SMA dari Indramayu hanya dapat dihitung dengan jari yang bisa masuk ITB, kini telah puluhan putra-putri dari kota mangga yang mampu menembus ke perguruan favorit ini.
Salah seorang yang benar-benar merasakan manfaat dari program Super Motivasi ini adalah Iskandar Syah. Guru honor yang mengajar di beberapa sekolah ini tiga orang putranya mampu menembus ITB melalui program tersebut.
Ketiga putranya itu adalah Zulham Affandi. Selepas dari ITB kini Zulham menjadi asisten staf ahli di Kementerian Lingkungan Hidup. Yang kedua Romdhon Rifnew (Semester ke VII jurusan teknik mesin ITB). Dan yang ketiga Yunan Hilmi (Semester I teknik mesin ITB).
Tentu ada beberapa persyaratan untuk bisa masuk Super Motivasi. Selain latar belakang keluarga juga yang utama adalah prestasi siswa. Mereka yang masuk Super Motivasi kemudian mengikti learning camp (LC) selama satu bulan. Biaya untuk setiap peserta LC selama satu bulan kabarnya kurang lebih Rp 14 juta. Selanjutnya bila telah diterima di perguruan tinggi Dinas pendidikan memberi bea siswa sebesar Rp 7.500.000 pertahun.
Iskandar tentu saja merasa terbantu dengan program Super Motivasi. "Sebab sulit dibilang secara realita. Karena kalau dianalisa secara matematika honor yang saya terima itu tidak bisa untuk hidup," ujarnya dengan nada sedih.
Karena itu berkali-kali Iskandar melalui Bagian Humas dan Protokol mengucapkan terima kasih kepada Dinas Pendidikan dan Bupati Indramayu atas program motivasi ini. "Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Dinas Pendidikan dan Bupati Indramayu yang telah membuat program Super Motivasi. Program ini betul-betul membantu saya khususnya dan masyarakat Indramayu pada umumnya. Saya berharap program ini terus dilanjutkan," ujarnya.
Disiplin Waktu
Untuk dapat putra-putrinya sukses tentu saja Iskandar yang tinggal di jalan Babar Layar Nomor 16 Sindang ini, tak semata-mata mengandalkan pemerintah. Akan tetapi ia menerapkan kedisiplinan dalam mendidik putra-putrinya di rumah.
Soal melihat televisi misalnya, Iskandar membuat jadwal tersendiri. "Sebelum dan sesudah maghrib waktunya belajar. Televisi baru kami nyalakan kalau sudah pukul 9 malam," ujarnya.
Bimbingan mengaji dan kitab kuningpun langsung ditanganinya sendiri. Sementara dalam soal pengetahuan umum isterinyalah yang memberikan bimbingan.
Untuk menerapkan budi pekerti luhur Iskandar membiasakan bebasan (bahasa krama) saat berkomunikasi dengan putra-putrinya. Dengan cara seperti ini menurutnya ia berusaha melestarikan budaya daerah sekaligus menerapkan akhlaqul karimah.
Kerja Keras
Selain menerapkan kedisiplinan, Iskandar juga bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluargaanya. Betapa tidak, sebagai guru honorer ia harus membiayai 5 orang putra-putrinya yang kuliah dan satu orang anaknya yang masih duduk di SMA.
Karenanya ia mengajar di beberapa tempat antara lain di Madrasah Aliyah Al-Hidayah Llemahabang, SMP dan SMA Muhammadiyah Indramayu, SMK Suaka Panyindangan, DTA Asy-Syamsiyah Sindang, SMA PGRI dan lain-lain. Falsafah Jawa yang ia pegang adalah yen ora wekel, ora kandel (kalau tidak rajin, maka tidak dapat rejeki banyak).
Ia juga menggunakan skala prioritas dalam menyiasati pengeluaran ekonominya. "Mana yang lebih urgen, itu yang kami dahulukan,"ujarnya.
Kiat terakhirnya adalah menabung serta dalam menggunakan barang konsumtif lebih menekankan nilai guna dari pada mode. "Untuk sepeda motor misalnya, yang penting 'salju': asal maju," ujarnya sambil tertawa. (deni/www.humasindramayu.com)
Posting Komentar