INDRAMAYU – K2 FM – Kamis,21/9-2016, 12:11 WIB
Salah satu stan pada Pasar Seni Dewan Kesenian Indramayu, menampilkan kerajinan alat musik
tiup, seruling. Stand bernama ‘Swarane
Ning Pring’, menarik perhatian banyak pengunjung. Seruling atau suling bambu ini selain
diperagakan bagaimana cara memainkannya, juga diperlihatkan tentang proses
pembuatannya.
Untuk
menghasilkan kualitas suara yang baik, Benny
(43) seorang stand guide dari
Komunitas Swarane Ning Pring, sangat selektif memilih bahan baku. Beny mendapatkan bambu dari daerah Priangan
seperti Kuningan, Subang dan Sumedang.
“Saya mencari bambu dengan los panjang dan lurus. Biasanya ada di areal perbukitan,” katanya. Bambu yang layak potong menurutnya harus dicoba terlebih dahulu dengan cara diketuk jari telunjuk, apakah suara berbunyi nyaring atau tidak.
Berbeda dengan alat musik tiup modern buatan pabrik seperti flute, pembuatan seperangkat suling dilakukan dengan cara sederhana. Tak ada ilmu khusus bagi Beny untuk menghasilkan nada-nada khas suling selain harus pandai memilih bahan baku, keterampilan tangan dari mulai memotong, membuat lubang suara, hingga menentukan nada-nada yang pas.
Meski berpatokan pada alat khusus (semacam string tuner untuk menyetem nada), untuk menghasilkan sound yang benar diperlukan kepekaan telinga sehingga tiap barisan tone bersuara indah dan nyaring.
Pengunjung stan 'Swarane Ning Pring' bukan hanya kalangan musisi yang sengaja datang atau sekedar numpang lewat, melainkan masyarakat awam.
Seorang pengunjung, Hendra (58) mengaku terkesan pada sosok Beny. Hendra diketahui merupakan musisi band oldies Indramayu. Penasaran atas ketertarikannya, iapun meminta kartu nama Beny, namun tak dijelaskan apa maksud Hendra meminta identitas diri sang pesuling.
Sangat beralasan bila panitia Pasar Seni menghadirkan instrumen suling bambu, karena sesuai tema yang diangkat tahun ini adalah Perayaan Tarling yang merupakan singkatan 'gitar-suling'.
Selain sebagai perajin, Beny dikenal sebagai seniman musik tradisi dan pemain suling otodidak. Ia pernah bergabung dengan kelompok tarling atau sandiwara. Pengalaman pentasnya hingga Pulau Batam dan daerah lain di Sumatera.
Bahkan di kediamannya di Desa Segeran Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu, ia tak sungkan memberikan pelatihan dan mengajarkan kepada anak muda seputar gamelan umumnya dan suling khususnya.
Saat dikunjungi K2 FM, Beny mempertontonkan kepiawaian membunyikan suling untuk konsumsi lagu-lagu dangdut.
“Sekarang saya masih sering dipakai oleh grup tarling dangdut sebagai pemain cabutan, baik untuk show maupun rekaman,” pungkas Benny. (Jeffry)
Posting Komentar